Mazmur 43:5 (TB) Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan mengapa engkau gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku!
Gideon, merupakan salah satu hakim yang diutus Allah. Seorang yang paling muda dalam keluarganya yang merupakan orang Abiezer, kaum paling kecil dalam suku Manasye (Hak. 6 : 15), suku yang lebih lemah dari suku Efraim (bnd. Kej 48 : 19). Ia menerima panggilan Tuhan di tengah keadaan Israel yang buruk, bahkan ia sendiripun meragukan perbuatan - perbuatan Tuhan (Hak. 6 : 13). Sehingga, hal ini membuat Gideon ragu terhadap panggilan Tuhan, dia ragu akan janji Allah, bahwa dia akan menjadi perantara Allah untuk menyelamatkan Israel.
Apa salahnya dengan meminta sebuah tanda? Tidak ada yang salah, bahkan Pauluspun menasehati jemaat Tesalonika untuk menguji segala sesuatu (1 Tes. 5 : 21). Namun, yang ditunjukkan oleh Gideon adalah keraguan, setelah dia mengadakan pengujian untuk kedua kalinya.
Mungkin, hal ini terjadi juga pada diri kita, sebuah keadaan yang menekan dan yang terlintas adalah kata "mustahil" bahkan tidak ada satu orangpun yang akan percaya, membuat kita memiliki keraguan akan janji Tuhan. Bahkan setelah penyertaan-Nya bertahun - tahun, dan "sebuah tanda" tetap tidak cukup untuk membuat kita percaya terhadap janji-Nya.
Hal ini juga dialami oleh pemazmur, setidaknya dalam Mazmur 42 - 43, pemazmur telah melakukan 3 kali pengulangan untuk meyakinkan diri-Nya untuk "...Berharaplah kepada Allah!". Setiap keadaan dapat membuat iman kita melemah, namun seharusnya "sebuah tanda" cukup untuk membuat kita percaya terhadap janji Allah, membuat kita percaya bahwa Allah akan memakai kita untuk menggenapi janji-Nya, dan membuat kita percaya bahwa Allah tidak salah pilih.
"Kamu bisa : khawatir atau berdoa; tertekan atau istirahat; meratap atau bernyanyi; mengeluh atau memuji, tetapi mempercayai Tuhan bukanlah pilihan"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar