Ibrani 11:1-6
Orang yang hidupnya bahagia merasa waktu berlalu dengan begitu cepat, tapi orang yang sedang menderita merasa waktu adalah penyiksa yang kejam. Tatkala kita mampu melampaui siksaan waktu, barulah kita menikmati substansi kekekalan.
Allah menganugerahkan pengharapan kepada kita, maka orang Kristen yang hidupnya dekat dengan Allah waktu menaikkan puji-puji lupa akan berlalunya waktu, karena dia sedang menikmati kekekalan. Seorang yang berpengharapan tidak dibelenggu oleh kenyataan hidup masa sekarang, karena dia mampu melihat dua realita: adanya masa kini dan adanya otoritas kekekalan. Orang yang hanya mengutamakan realita masa kini adalah penganut materilisme, tapi orang yang mampu memandang akan adanya otoritas kekekalan adalah orang yang berpengharapan.
Alkitab mengatakan bahwa “Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat” (Ibrani 11:1). Fondasi dari kepercayaan dan keyakinan itu adalah Allah sendiri. Allah setia memenuhi janji-janji-Nya kepada semua yang percaya dan datang kepada-Nya melalui Yesus Kristus.
Pengharapan berasal dari iman kita kepada kesetiaan Tuhan. Dengan kata lain, kesetiaan Tuhan adalah dasar dari pengharapan kita, dan janji Allah yang didasarkan atas kesetiaan-Nya adalah jaminan bagi pengharapan kita. Karena iman kita menang atas dunia ini, karena pengharapan kita dimampukan untuk mengarahkan pandangan kita pada dunia yang lain. Maka setelah kita beriman, kita segera masuk pada tahap pengharapan. Yang kita harapkan bukanlah dunia ini, karena dunia sementara adanya, sedangkan yang kita harapkan adalah surga, kehidupan abadi setiap orang percaya.
Iman menghasilkan pengharapan dan pengharapan membawa kita mengarah pada kekekalan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar