Nats Alkitab: (Mazmur 32:1-7)
Mack sudah lama bergumul dengan penyalahgunaan narkoba dan dosa seksual, dan sekarang ia merasa putus asa. Hubungan yang selama ini sudah dibinanya sedang bermasalah, dan hati nuraninya diliputi perasaan bersalah. Dalam kesusahan hatinya, ia pergi ke sebuah gereja dan meminta waktu berbicara dengan seorang pendeta. Di sana, ia merasa lega dapat menceritakan kisah hidupnya yang penuh lika-liku dan juga mendengar tentang belas kasihan dan pengampunan Allah.
Kitab Mazmur mengandung berbagai jenis lagu, antara lain tentang penyembahan, ucapan syukur, sejarah penciptaan, dan sejarah keselamatan. Salah satu jenis yang umum adalah mazmur ratapan, yaitu ketika sang pemazmur meratapi sesuatu. Lewat mazmur-mazmur ratapan, Daud meratapi hidupnya yang sedang berada di dalam ancaman, pertama oleh Saul dan kemudian oleh Absalom. Namun, dalam Mazmur 32, Daud tidak meratapi ancaman orang lain, melainkan menangisi dosa dan kegagalannya sendiri. Meskipun Alkitab tidak menyatakannya secara spesifik, banyak ahli menghubungkan Mazmur 32 dengan Mazmur 51 dan pertobatan Daud setelah perbuatan dosanya dengan Batsyeba. Meski demikian, ratapan tersebut dengan cepat bergeser menjadi mazmur pujian dan ucapan syukur atas pengampunan, kebaikan, dan pemulihan dari Allah. Meratapi kegagalan spiritual kita adalah sesuatu yang patut dilakukan, tetapi patutlah juga kita merayakan besarnya pengampunan yang kita terima dari Allah. Daud melakukan keduanya dalam Mazmur 32.
Para ahli meyakini Mazmur 32 ditulis oleh Daud setelah ia melakukan dosa seksual. Kesalahannya bertambah besar ketika ia merancang strategi jahat yang menyebabkan kematian suami perempuan yang ditidurinya (lihat 2 Samuel 11–12). Meski semua kejadian buruk itu telah berlalu, dampak dari perbuatannya tetap ada. Mazmur 32:3-4 menggambarkan pergumulan luar biasa yang ia alami sebelum mengakui kekejian dari perbuatannya; dosa yang tidak diakui telah menggerogoti hati Daud. Jadi, apa yang dapat memberinya kelegaan? Kelegaan dialami ketika Daud mengakui dosanya kepada Allah dan menerima pengampunan yang Dia berikan (ay.5).
Sungguh langkah awal yang luar biasa—menyerahkan diri kepada belas kasihan Allah—di saat kita telah mengatakan atau melakukan hal-hal yang menyakiti diri sendiri atau orang lain. Rasa bersalah akibat dosa itu tidak perlu selamanya kita rasakan. Ada Pribadi yang selalu membuka lebar-lebar tangan-Nya untuk menerima kita ketika kita mengakui kesalahan kita dan meminta pengampunan dari-Nya. Kita bisa ikut menyanyikan, “Berbahagialah orang yang diampuni pelanggarannya, yang dosanya ditutupi” (ay.1).
Ke manakah Anda mencari pertolongan ketika Anda merasa tidak lagi kuat menanggung dampak perbuatan atau perkataan Anda? Ketika seseorang yang sedang bergumul dengan rasa bersalah mendatangi Anda, bagaimana Anda dapat menasihatinya?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar