Fillipi 4:6
Mudah untuk bersyukur atas segala sesuatu ketika kehidupan tampaknya sesuai dengan keinginan kita. Tetapi bagaimana dengan masa-masa ketika apa yang kita harapkan tampaknya jauh dari jangkauan? Banyak diantara kita akan menyerah, mengeluh, dan tertekan seandainya mengalami kesulitan dalam perjalanan seperti itu.
Kita
bisa mengucap syukur kepada Tuhan atas hal-hal sederhana, seperti: angin
sepoi-sepoi, pepohonan, sinar matahari, kaki untuk berjalan, juga mata untuk
melihat. Namun sayangnya kita juga dapat dengan mudah mengabaikan itu.
Semakin dimengerti kita akan menyadari bahwa melatih
diri untuk menjalani kehidupan yang penuh rasa syukur adalah salah satu cara
terbaik untuk menghilangkan kekhawatiran, ketakutan, dan kegelisahan. Rasa
syukur bukanlah sekadar alat psikologis. Akan tetapi, rasa syukur adalah sebuah
realitas spiritual yang dibahas oleh Rasul Paulus dalam Filipi 4:6: “Janganlah
hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal
keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur.”
Ketika kita bersyukur kepada Allah dalam keadaan
apa pun, kita dapat mengalami kedamaian lembut di tengah-tengah kesengsaraan.
Saat berduka, kita masih dapat bergembira dengan memuji Tuhan. Saat merasakan
sakit, kita dapat bersukacita karena Pendamaian Kristus. Saat mengalami
kesedihan yang mendalam, kita dapat memiliki penghiburan dan kedamaian akan
kasih Tuhan.
Dengan bersyukur, kita mengikuti teladan Juruselamat terkasih
kita, yang mengatakan, “Tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah
yang terjadi.” (Lukas 22:42).
Rasa syukur sejati adalah ungkapan pengharapan dan kesaksian.
Itu datang dari mengakui bahwa kita tidak selalu memahami cobaan-cobaan hidup
tetapi percaya bahwa suatu hari nanti kita akan memahaminya.
Bersyukur membuat kita merasakan kedamaian dan lembutnya kasih
Tuhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar