Sabtu, 31 Oktober 2020

Kait Dosa

  



Roma 7:13-26


"Sebab aku tahu, bahwa di dalam aku, yaitu di dalam aku sebagai manusia, tidak ada sesuatu yang baik. Sebab kehendak memang ada di dalam aku, tetapi bukan hal berbuat apa yang baik."  Roma 7:18

Dalam kehidupan ini Tuhan memberi kehendak bebas kepada manusia.  Kehendak bebas adalah kemampuan untuk memilih di antara berbagai rencana tindakan berbeda yang memungkinkan.  Hal ini terkait erat dengan konsep tanggung jawab, pujian, kesalahan, dosa, dan penilaian-penilaian lain yang hanya berlaku pada tindakan-tindakan yang dipilih secara bebas.  Manusia diberi kebebasan untuk memilih atau membuat keputusan dalam hidupnya yaitu taat atau tidak taat, beribadah kepada Tuhan atau tidak beribadah kepada Tuhan, namun kebanyakan manusia menyalahgunakan kehendak bebas tersebut dengan memilih untuk tidak taat kepada Tuhan.


Dunia sudah dipenuhi oleh dosa, karena itu selama seseorang hidup di dunia ini kecenderungan untuk berbuat dosa akan tetap ada sekalipun ia telah percaya kepada Kristus.  Persoalannya yaitu apakah orang yang sudah percaya boleh hidup terus-menerus di dalam dosa yang sama?  Sebagai orang percaya yang telah diselamatkan seharusnya semakin hari kita semakin bertumbuh di dalam Tuhan, semakin dewasa di dalam iman dan semakin serupa dengan Kristus.  Tapi kenyataannya masih banyak orang percaya, yang sekalipun tampak rajin beribadah dan terlibat dalam pelayanan, hidupnya masih saja terikat dengan dosa, sifat dan karakter lamanya belum juga berubah dan kehidupannya tak jauh berbeda dengan dunia. Oleh sebab itu walaupun kita adalah orang percaya yang telah diselamatkan, tidak serta merta kita kebal terhadap dosa.  Kita harus tetap mengerjakan keselamatan tersebut dengan takut dan gentar  (Filipi 2:12).

Jumat, 30 Oktober 2020

Kesalehan

                                                       


    1 Timotius 4:10

Itulah sebabnya kita berjerih payah dan berjuang, karena kita menaruh pengharapan kita kepada Allah yang hidup, juruselamat semua manusia, terutama mereka yang percaya.

Pada masa sekarang ini mungkin kita merasakan suatu keadaan yang tidak sesuai dengan yang kita harapkan. Mungkin juga saat ini kita justru berada di keadaan yang sangat beruntung dan bahagia. Kesenangan dan kesedihan sangat mudah berganti dalam kehidupan kita. Detik ini bisa saja kita merasa sangat terpukul dan sengsara. Namun, beberapa detik kemudian kita bisa saja merasakan kebahagiaan yang luar biasa. Untuk menghadapi situiasi ini pastinya kita harus mempersiapkan diri dengan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi. Kehidupan dapat diibaratkan seperti uang logam. Sisinya ahnya ada dua bagian, yaitu gambar dan angka. Saat kita melemparkannya, kita tidak tau apa yang akan muncul. Tetapi kita harus siap dengan apappun yang akan kita dapat.

Berbicara teantang kesedihan dan kebahagiaan, ada seorang tokoh alkitab yang mengalami transformasi yang besar peralihan dari kebahagiaan ke kesedihan dan sengsara. Dia adalah Ayub. Ayub menjadi tokoh alkitab yang terkenal dengan kesalehannya. Walaupun hidupnya berbalik dari kaya menjadi sangat miskin, dia tetap menyembah dan mampu bersyukur kepada Tuhan. Kesalahan terbesar yang sering kita lakukan adalah saat bahagia kita lupa dengan Tuhan. Tetapi pada saat sedih, kita berseru-seru kepada Tuhan. Kebaktian yang kita jalani belum kita maknai denagan baik apabila kita tidak mampu menerapkan kesalehan. Bersyukurlah dalam setiap kesenangan dan kesedihan. Tetaplah kuat dalam pencobaan dan maknailah kebaktian dengan kesalehan.

Kamis, 29 Oktober 2020

Krisis Di Tengah Kemakmuran: Lupa Akan Tuhan

 



Ulangan 8 : 10-11

Dan engkau akan makan dan akan kenyang,  maka engkau akan memuji TUHAN, Allahmu, karena negeri yang baik yang diberikan-Nya kepadamu itu. Hati-hatilah, supaya jangan engkau melupakan TUHAN, Allahmu, dengan tidak berpegang pada perintah, peraturan dan ketetapan-Nya, yang kusampaikan kepadamu pada hari ini.

Ketika kesusahan melanda hidup ini, kita ingat untuk berlari kepada Tuhan dan meminta pertolonganNya. Saat kita berada di atas dan dalam keadaan bahagia, kita cenderung memiliki sikap yang seolah-olah kita tidak membutuhkan Tuhan dan tanpa Tuhan kita baik-baik saja.

Seperti yang dilakukan oleh Bangsa Israel. Di padang gurun, Bangsa Israel telah mengalami kesulitan. Mereka tidak mempunyai makanan, sehingga mereka bersandar pada manna yang diturunkan Tuhan pada mereka. Mereka tidak mempunyai air, sehingga mereka bersandar pada air yang diberikan Tuhan dari batu. Mereka tidak mengenal arah, sehingga mereka bersandar pada bimbingan hamba Tuhan. Mereka tidak memiliki pakaian untuk dipakai, sehingga mereka bersandarkan pada kuasa Allah yang memelihara pakaian dan kasut mereka selama empat puluh tahun. Seluruh suku dengan lancar dapat menyeberangi sungai Yordan tidak lain karena bimbingan dan perlindungan Tuhan. Namun, ketika hidup mereka mulai terasa nyaman dan aman, ingatan mereka akan karunia-Nya menjadi pudar dan redup.

Mengingat seseorang hanya di kala susah, bukan hanya menjadikan yang diingat dan dicari menjadi enggan dan kecewa karena merasa hanya dimanfaatkan. Mencari Tuhan hanya pada waktu butuh sesuatu dari-Nya pada dasarnya berpotensi juga untuk melemahkan iman kita. Lebih-lebih jika kemudian kita tidak mendapatkan apa yang kita harapkan itu dari Tuhan. Hubungan kita akan semakin renggang saat kita menghubungi Tuhan sebagai sikap coba-coba dalam mencari pertolongan dari Tuhan, dimana Tuhan kita posisikan sebagai salah satu alternatif solusi yang siapa tahu bisa menolong kita.

Mulai hari ini, carilah Tuhan di segala waktu dan di segala musim kehidupan. Meski Ia dengan senang hati menolong orang yang berseru dan berlari kepada-Nya, Tuhan jauh lebih menghargai mereka yang tidak mengingat Dia hanya ketika perlu. Tidak akan ditahan-Nya kebaikan, pertolongan dan berkat-Nya bagi orang-orang yang mencari Dia karena mengasihinya. Bukan hanya mengadakan hubungan dengan Dia ketika memerlukan pertolongan.


- Kristiani Teknik Lingkungan ITERA -

Rabu, 28 Oktober 2020

Air Laut


 

Matius 5:13

“Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang.”

 

Sebagai orang Kristen, kita dipanggil untuk menjadi garam dunia (Matius 5:13). Sebagai garam, kita punya dua kemungkinan, yaitu kita mempengaruhi dunia atau sebaliknya. Dan untuk satu kuali makanan, tidak diperlukan banyak garam, tetapi sedikit. Namun yang sedikit itu harus memberi dampak. Jika tidak berdampak, maka kita telah menjadi tawar oleh pengaruh dunia ini.

Dalam Alkitab kita dapat menemukan nama Demas ditulis tiga kali, yaitu pada Kolose 4:14; Filemon 1:24 serta 2 Timotius 4:10. Dalam dua ayat pertama, Demas disebutkan sebagai teman sekerja dari Paulus. Tetapi di ayat ke tiga, Paulus menyebut bahwa Demas telah mencintai dunia ini dan meninggalkannya. Pada akhirnya, Demas terpengaruh oleh dunia dan tidak menjadi garam dunia lagi.


Jangan sampai di batas hidup ini, kita justru kehilangan keselamatan karena mencintai dunia ini. Tanamkan dalam pikiran kita bahwa setiap orang yang tidak ditemukan namanya tertulis dalam kitab kehidupan, ia dilemparkan ke dalam lautan api (Wahyu 20;15). Mari menjadi seperti ikan di laut yang tak pernah menjadi asin.



- Kristiani Teknik Lingkungan ITERA -

Selasa, 27 Oktober 2020

PERENCANAAN DAN KINERJA

“Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu.” Yakobus 4:15

Dalam bekerja harus ada yang namanya perencanaan.Perencanaan yang matang menunjukkan besarnya usaha yang akan dilakukan.Perencanaan akan membuat segala sesuatunya menjadi lebih terarah dan jelas.Seringkali kita bimbang dalam kehidupan. Apakah tujuan utama kita hidup? Bagaimanakah kita harus meneruskannya?Hikmat dan kebodohan menentukan tipe-tipe orang yang berbeda. Kita perlu hikmat dari Tuhan dalam menentukan segala sesuatunya

    Orang yang tidak bijak pada umumnya tidak akan melakukan perencanaan dan  selalu berpikiran pendek.Semua hal diapat dibagi menjadi dua kategori,yaitu penting dan tidak penting. Hal yang dirasa penting pasti memerlukan perencanaan yang lebih teliti dan membutuhkan standar yang lebih tinggi agar dapat berhasil. Tetapi hal-hal sepele tidak memiliki ketelitian  yang tinggi karena kesalahan dalam hal-hal sepele tidak menghasilkan banyak kerusakan.Kesalahan yang biasa dilakukan oleh orang-orang berpendidikan adalah mereka terlalu banyak menghabiskan waktu untuk berencana. Hikmat yang benar adalah percaya kepada Tuhan dengan sepenuh hati mengingatNya dalam segala tindakan, dan tidak bersandar pada pengertian sendiri.Memang mempunyai perencanaan adalah hal yang bijak, tetapi jangan lupa untuk berdoa. Petunjuk dan pertolongan Tuhan adalah kunci dalam setiap keberhasilan. Bila kita tahu bagaimana meluangkan waktu untuk meminta Yesus menuntun langkah kita, kita dapat  penyertaan karunia Tuhan.

   Dalam perenungan ini  kita harus belajar untuk berkata, “Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu.” (Yak. 4:15). Inilah sikap yang benar yang harus kita miliki dalam hidup.Serahkan apapun yang ingin kita lakukan dan selalu ingat  untuk terlebih dahulu mencari kehendak Tuhan.

 

Senin, 26 Oktober 2020

BUKAN DARI ROTI SAJA

Matius 4:4 (TB)  Tetapi Yesus menjawab: "Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah."

Tuhan Yesus mengatakan bahwa bukan dari roti saja kita hidup. Ada kebutuhan lain yang harus terpenuhi, malah sebetulnya itulah yang paling utama, namun sering kita abaikan dan tidak memenuhinya. Kebutuhan tersebut adalah kata-kata Allah, firman Tuhan .

Firman Tuhan adalah kebutuhan kita yang mestinya harus teratur dikonsumsi. Hal ini agar rohani kita tidak kurus dan tidak lemah. Kita pernah mendengar tentang doa adalah nafas hidup kita sebagai orang percaya. Bayangkan jika suatu saat kita tidak bernafas maka apa yang akan terjadi? Tidak ada kehidupan. Begitu juga dengan kehidupan yang tidak disertai dengan firman dan doa, tidak ada kehidupan rohani yang bertumbuh dan berkembang. Kehidupan rohani mu akan menentukan kualitas hidup yang kamu jalani kedepannya, apakah kehidupan itu memberikan dampak dan teladan yang baik untuk orang sekitarmu?  Atau apakah hanya memberikan beban?

Harta duniawi tidak abadi, materi akan hilang dalam sekejap. Apakah kita akan terus mencari kekuasaan dan harta duniawi tanpa adanya kesadaran untuk menumbuh kembangkan kehidupan rohani dan hubungan kita kepada Tuhan? Teruslah berjuang mencari hal yang kekal, teruslah mencari jati diri mu dalam Tuhan yang sesungguhnya karena dari Dia lah kehidupan kekal yang akan membawa kebahagiaan abadi. Selamat menempuh ujian tengah semester ya teman-teman,  semangat selalu,  Tuhan Yesus memberkati


-Kristiani Teknik Lingkungan ITERA-

Minggu, 25 Oktober 2020


Jangan Cintai Dunia

 “Janganlah kamu mengasihi dunia  dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu.”

1 Yohannes 2:15 (TB)

 Masalah yang sangat sering menghalangi pertumbuhan rohani adalah masih kuatnya pengaruh dunia dalam hidup pengikut Kristus. Pengaruh dunia ini bagaikan semak duri yang menghimpit benih firman sehingga tidak dapat menghasilkan buah. Karena pada dasarnya kita sebagai umat Tuhan hidup dengan menggunakan fasilitas yang ada di dunia, berinteraksi dengan berbagai sesama manusia yang mayoritasnya tidak menjalankan kehendak Tuhan kita Yesus Kristus, maka secara langsung maupun tidak langsung kita dipengaruhi oleh berbagai sistem kehidupan, pola pikir, budaya bahkan pergaulan yang terus menerus dirasakan dalam kehidupan sehari-hari. Tanpa pondasi dan bahan-bahan pembentuk iman yang kokoh, maka anasir-anasir dunia akan menggerus dan mengeroposi bangunan hidup rohani kita.

Mata jasmani kita melihat dunia dan terpikat padanya. Saat mengamati kehidupan duniawi, mereka yang hanya melihat dengan mata jasmani akan tertarik menikmatinya. Tapi mereka yang tercelik mata rohaninya tahu bahwa “orang-orang yang tidak mengenal Allah, pikirannya yang sia-sia, pengertiannya yang gelap, jauh dari hidup persekutuan dengan Allah, karena kebodohan yang ada di dalam mereka dan karena kedegilan hati mereka. Perasaan mereka telah tumpul, sehingga mereka menyerahkan diri kepada hawa nafsu dan mengerjakan dengan serakah segala macam kecemaran” (Efesus 4:17-19)

Panggilan kita adalah mencari yang sorgawi bukan duniawi. Benar bahwa kita masih hidup di dunia dan dalam tubuh jasmaniah dengan segala kebutuhan maupun keinginannya. Meski ada hal-hal yang baik yang dapat dihargai di dunia ini, namun karena dunia ini akan berlalu maka semua yang baik itu pada akhirnya akan menjadi kesia-siaan belaka. Hanya yang dilakukan di dalam Tuhan dan bagi Tuhan saja yang akan tinggal tetap selama-lamanya. Hari ini, biarlah kita menjadi sadar sepenuhnya, sesadar-sadarnya, bahwa kita memang dipanggil hidup secara berbeda dengan orang-orang yang dunia ini yang tidak mengenal Tuhan.

 

 

 

 

 

 

Sabtu, 24 Oktober 2020


Dimasa Kesulitan Ekonomi

“Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai… Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu. Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.” Matius 6:25-27, 31-33

Hari-hari ini, mungkin kondisi negara kita, keluarga, dan termasuk perekonomian kita mengalami banyak goncangan. Tetapi Tuhan berpesan untuk tidak kuatir, sebab justru Tuhan hendak melakukan pemulihan. Dalam berbagai goncangan yang sedang terjadi hari-hari ini, Tuhan sedang membuktikan bahwa di tengah-tengah goncangan, Tuhan tetap memberkati dan memberikan perlindungan bagi umat-Nya.

Hal kekuatiran menunjukkan sikap seakan tidak mengenal Allah, sementara kita anak-anak Tuhan, kita tidak perlu kuatir karena kita mengenal siapa Allah yang kita sembah. Dia adalah Raja di atas segala raja, yang mencukupkan segala keperluan kita, bahkan memberikan jalan keluar dalam segala perkara yang kita hadapi.

Seumpama dua tembok yang saling berhadapan, tembok yang satu berbicara tentang kekuatiran, sedangkan tembok yang lain adalah tembok iman. Jika kita berjalan menuju tembok kekuatiran, itu berarti kita membelakangi tembok iman.  Demikian pula sebaliknya, jika kita mengarah kepada tembok iman, artinya kekuatiran itu ada di belakang kita. Tuhan menghendaki kita mengarahkan pandangan kepada tembok iman, dan apa yang kita imani itu pasti terjadi.

Bagaimana mungkin persoalan kita dapat terselesaikan jika kita kuatir? Bahkan dikatakan dalam firman Tuhan "Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya?" Kekuatiran kita tidak akan mungkin dapat menyelesaikan persoalan, sakit penyakit dan berbagai permasalahan yang kita hadapi. Sebab kekuatiran kita justru menyebabkan iman kita menjadi lumpuh.

Apapun juga yang kita alami dalam kehidupan kita, Tuhan sanggup untuk memulihkan semuanya. Itu sebabnya kita harus senantiasa bersyukur atas apapun yang kita alami, karena Tuhan punya satu tujuan dan rencana dalam berbagai masalah yang kita hadapi.


 

 

Jumat, 23 Oktober 2020


Hati Yang Dikeraskan Menjadi Roti

(Markus 6 : 51-52)

Peristiwa saat Yesus memberi makan 5000 orang dengan memberkati 5 roti dan 2 ikan sudah tidak asing lagi bagi kita. Bagi umat israel yang menyaksikan peristiwa ini akan berpikir bahwa hal ini sangat luar biasa. Tetapi nyatanya, itu hanya sebatas kagum atas suatu peristiwa spektakuler dan bukan karena kepercayaan bahwa Yesus adalah anak Allah.

Begitu juga dengan peristiwa saat Yesus meredakan angin rebut seperti yang tertulis pada Markus 6:51-52, dikatakan bahwa hati mereka masih degil. Mereka hanya sebatas kagum akan suatu hal yang luar biasa dan bukan karena menyadari bahwa Yesus adalah anak tunggal Allah.

Dimasa sekarang ini, hal seperti saat Yesus memberi makan 5000 orang dan meredakan angin ribut juga sering kali dirasakan manusia. Kadang kita mendapatkan sesuatu dan berdoa hanya karena sebatas terimakasih saja. Mungkin juga sebelum makan kita juga berdoa hanya sebgai rutinitas saja. Bukan karna kita sadar bahwa semua yang kita miliki adalah kuasa Tuhan.

Banyak roti-roti kehidupan yang kita peroleh justru membuat hati kita tidak menemukan sosok Yesus. Kita hanya mengucapkan terimakasih dan saat keadaan tidak seperti yang kita inginkan, kita mulai mempertanyakan Tuhan kita lagi. Sadar tidak sadar kita justru kehilangan sosok Yesus. Dan menemukan doktrin baru bahwa terimakasih cukup untuk berkat yang sudah kita terima. Untuk itu, kita harus belajar untuk bersyukur dalam setiap musim hidup kita. Ucapan syukur tidak hanya saat kita mendapat sesuatu yang  luar biasa. Melainkan saat terpuruk sekalipun kita harua ucapkan syukur. Sehingga kita bisa fokus pada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat kita. Dan kita tidak lagi fokus pada berkat yang seharusnya kita terima. Fokuslah Pada Tuhan Yesus dan bukan Pada Berkat yang selayaknyan kita terima.


 

 

Kamis, 22 Oktober 2020


                                                               Didapati Terlalu Ringan

“Tuanku ditimbang dengan neraca dan didapati terlalu ringan”.

Daniel 5:27

Seperti yang kita tahu, timbangan digunakan untuk menentukan berat dari sebuah benda dengan membandingkannya dengan berat yang telah ditentukan. Tujuannya ialah untuk menyeimbangkan agar tidak berat dengan satu sisi saja.

Mari kita lihat kisah Raja Belsyazar yang tidak belajar dari masa lalu. Ia lupa bahwa ayahnya pernah dihukum Tuhan hingga hidup seperti hewan. Itu terjadi karena Nebukadnezar telah berlaku sombong di hadapan Allah yang mahakuasa (ayat 19-21).

Belsyazar juga melakukan kesalahan yang sama. Kekuasaan yang dia miliki membuat ia tidak punya rasa takut pada siapapun, bahkan kepada Allah Israel yang seharusnya ia kenal melalui riwayat hidup ayahnya. Maka ia pun berlaku sembarangan terhadap Allah. Untuk pesta yang dia selenggarakan, dia mengambil perkakas Bait Allah dan memakainya untuk minum anggur. Seolah tak cukup, ia juga memuji dewa-dewa yang terbuat dari emas, perak, tembaga, besi, kayu, dan batu (ayat 3-4). Jelas saja Tuhan marah kepada manusia yang tidak menghargai hadirat-Nya.

Salah satu kata yang Allah berikan kepada Belsyazar adalah “tekel”, yang berarti “tuanku ditimbang dengan neraca dan didapati terlalu ringan”. Malam itu juga Belsyazar kehilangan nyawanya. Dihadapkan dengan standar Allah, ia ditemukan berkekurangan dan tidak mempunyai berat yang cukup di mata Allah.

Tanpa kita sadari tindakan kita juga seringkali seperti Raja Belsyazar, kita menempatkan rasa aman kita pada harta duniawi. Kita lupa dengan sesuatu yang benar-benar berarti karena kita dikelilingi dengan harta kekayaan. Padahal kita tahu jika kekayaan dan kekuasaan yang kita miliki di dunia ini hanya sementara dan akan segera berlalu.

Marilah kita mengambil tindakan sadar memusatkan perhatian untuk mencapai standar rohani yang dikehendaki Allah, ketimbang mengejar standar dunia yang sifatnya tidak kekal. Sampai tiba waktunya nanti bagi kita semua untuk ditimbang dengan standar-Nya, mari kita terus mengevaluasi diri dan memantaskan diri dengan meminta pertolongan Tuhan agar nantinya kita ditemukan dengan timbangan yang cukup oleh Tuhan.


 

BERKAT APA SAJAKA YANG KITA TERIMA SEBAGAI ANAK ALLAH?

 [KRISTIANI TEKNIK LINGKUANGAN ITERA] [SABTU, 20 MEI 2023] BERKAT APA SAJAKA YANG KITA TERIMA SEBAGAI ANAK ALLAH?