Kamis, 26 November 2020

Menyerang Adalah Pertahanan Terbaik



"Lalu Yosua dengan seluruh tentaranya mendatangi mereka dengan tiba-tiba dekat mata air Merom, dan menyerbu mereka. Dan Tuhan menyerahkan mereka kepada orang Israel. Mereka dikalahkan dan dikejar sampai Sidon-Besar dan sampai Misrefot-Maim, dan sampai lembah Mizpa yang di sebelah timur. Demikianlah mereka dihancurkan, sehingga tidak seorangpun dari mereka yang dibiarkan lolos.“ Yosua 11:7-8

Dari ayat ini terlihat bahwa Yosua dan bangsa Israel adalah para pejuang yang aktif dan bukan hanya pengamat. Ketika Bangsa Israel berkemah di Gilgal, mereka tidak pernah bertempur di sana, karena Yosua selalu mengambil inisiatif dan menghampiri musuh untuk mengusir mereka.

Sebagai manusia kita memiliki kecenderungan untuk diam dalam kepuasan, merasa cukup dengan apa yang ada dalam diri, khususnya tingkat kerohanian yang kita miliki. Kita cenderung tidak suka untuk bersusah-susah atau berjuang. Ibaratnya kita lebih suka datang ke sebuah panggung ketika semuanya terlihat nyaman dan kita bisa diam di sana.

Namun, perlu kita tahu bahwa mentalitas seperti itu sangatlah pasif dan tidak berorientasi pada tujuan. Mengetahui bahwa Allah dapat memberikan kita kemenangan saja tidak cukup, kita harus mengambil tindakan dan mengalahkan dosa-dosa dan kebiasaan jahat kita dengan menaati perintah-perintah Allah. Kita tidak hanya dengan pasif menunggu cobaan datang lalu baru membangun tembok pertahanan, membiarkan segalanya pada pengendalian diri kita sendiri. Kita harus dengan aktif mencari kebiasaan jahat kita dan mencabutnya hingga ke akar-akar, sembari mengetahui bahwa bila kita berperang, Allah akan bersama kita untuk mengalahkan mereka.

Apakah kita mempunyai kebiasaan jahat yang masih membelenggu kita? Jangan hanya duduk dan diam saja lalu berharap kita dapat mengendalikannya di hari berikutnya, berbuatlah sesuatu! Dan jika kita kita telah mengambil tindakan dan masih jatuh? Evaluasilah kembali, bertobat, dan bertanya kembali kepada Allah karena Allah tidak akan pernah meninggalkan anak-anakNya barang sedetikpun.

Senin, 23 November 2020

Tuhan Mengawasi Kita

Amsal 15:3 (TB)  

Mata TUHAN ada di segala tempat, mengawasi orang jahat dan orang baik.

Segala hal terlihat oleh-Nya dan tidak dapat disembunyikan daripada-Nya. Roh Allah memenuhi jagad raya, namun ada sebuah paradoks: Tuhan adalah Allah yang dekat, namun juga jauh. Karena Allah adalah Allah yang tidak kelihatan yang dapat terasa sangat jauh, tetapi tidak ada yang tersembunyi dari mata-Nya. Allah mengawasi perbuatan dan perkataan tiap-tiap orang. Dan Tuhan kita bahkan mengetahui pikiran kita. 


Daud berkata kepada Tuhan, "Engkau mengetahui, kalau aku duduk atau berdiri, Engkau mengerti pikiranku dari jauh. Engkau memeriksa aku, kalau aku berjalan dan berbaring, segala jalanku Kaumaklumi. Sebab sebelum lidahku mengeluarkan perkataan, sesungguhnya, semuanya telah Kauketahui, ya TUHAN


Sebab sebelum lidahku mengeluarkan 

perkataan, sesungguhnya, semuanya telah Kauketahui, ya TUHAN. Dari belakang dan dari depan Engkau mengurung aku, dan Engkau menaruh tangan-Mu ke atasku. 

Yusuf mengetahui Tuhan senantiasa mengawasinya dan melawan Allah adalah hal yang mengerikan, sehingga ia terus menerus menolak godaan istri tuannya. Perbuatan Yusuf tidak hanya menyenangkan Allah, tetapi juga memicu berkat-berkat Allah, Yusuf menjadi perdana menteri yang berkuasa atas seluruh Mesir.


Kita harus menyadari bahwa mata Allah ada di segala tempat. Ia mengawasi orang jahat dan orang baik. Kiranya kita mencontoh doa Daud dalam kehidupan kita, "Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku 

dan kenallah pikiran-pikiranku; lihatlah, apakah jalanku serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal!" (Mzm. 139:23-24)


____________

✨Blog : https://renungankristentlitera.blogspot.com/

✨ Instagram: https://instagram.com/kristianiteklingitera?igshid=x2u4zsfhe4yp

✨▶️ : Kristiani Teknik Lingkungan ITERA

✨📧 : kristianitlitera7@gmail.com

- Kristiani Teknik Lingkungan ITERA -

Minggu, 22 November 2020

Jangan Berpaling !



Kis. 18:23-28

Salah satu tantangan di era modern ini yakni menyerukan kebenaran. Ketika menyerukan tentang kebenaran, tak jarang kita akan berhadapan dengan perselisihan dan perdebatan dengan orang-orang yang tidak menginginkannya. Bahkan sering sekai kita dipojokkan dan dianggap bahwa kitalah yang salah. Dari hal inilah banyak orang cenderung diam saat berhadapan dengan sesuatu yang dianggapnya keliru.

Yesus berupaya memberikan peneguhan kepada para murid-Nya. Ia berkata: “Segala sesuatu yang kamu minta kepada Bapa, akan diberikan-Nya kepadamu dalam nama-Ku”. Lewat ungkapan ini, Yesus hendak menyatakan bahwa tidak ada hal yang perlu dikhawatirkan ketika berjalan bersama-Nya. Dengan percaya pada Yesus dan mengasihi Dia, para murid akan menerima sukacita. Percaya pada Yesus tidak hanya berarti mempercayakan diri sepenuhnya kepada Yesus. Percaya kepada Yesus menuntut pula sikap menaati perintah-perintah-Nya. Salah satu tindakan yang terarah pada hal demikian yakni menyerukan tentang kebenaran. Dengan tindakan yang demikian seseorang dapat mencerminkan diri sebagai orang percaya.

Dalam kehidupan sehari-hari, seringkali kita takut untuk menyerukan kebenaran yang diketahui. Kita kadang takut akan dibenci atau dikucilkan oleh teman-teman atau sahabat-sahabat kita. Kita takut jika menyerukan tentang kebenaran, kita akan ditinggalkan oleh orang-orang yang dekat dengan kita.

Semoga kita pun dapat berani menyerukan kebenaran. Sehingga kelak kita pun memperoleh kebahagiaan kekal bersama para kudus di Surga.

____________________________________

✨Blog : https://renungankristentlitera.blogspot.com/

✨ Instagram: https://instagram.com/kristianiteklingitera?igshid=x2u4zsfhe4yp

✨▶️ : Kristiani Teknik Lingkungan ITERA

✨📧 : kristianitlitera7@gmail.com

- Kristiani Teknik Lingkungan ITERA -

Kamis, 19 November 2020

Berlari Berlawanan Arah




"Sebab itu mereka heran,bahwa kamu tidak turut mencemplungkan diri bersama-sama mereka dalam kubangan ketidaksenonohan yang sama, dan mereka memfitnah kamu."1 Petrus 4:4


Ketika kita berlawanan arah dengan apa yang seharusnya, tentunya kita akan menjadi sorotan publik karena dianggap berbeda. Rasanya pasti akan terasa aneh karena kita merasa sendirian. Sebagai seorang Kristen sejati, tentunya kita memiliki identitas yang berbeda dengan dunia ini. Hari demi hari, kita menghadapi berbagai godaan untuk mengikuti arus hidup duniawi. Mungkin dengan kita mengikuti arus tersebut, kita merasa tidak sendirian karena banyak orang melakukan hal yang sama dan kita merasa akrab dengan dunia ini. Itu berarti kita bukan menjadi hamba Allah, melainkan hamba dunia dan berarti kita memangkas waktu kita untuk Allah dan saudara-saudara seiman. Jika hal ini dilakukan secara berkelanjutan, maka kita akan mendapati bahwa Allah tidak ada di akhir arus itu. 

Ketika Yesus datang ke dunia untuk melayani, Yesus Kristus tidak berjalan dengan dunia. Ia mengabarkan injil yang terdengar ganjil kepada orang-orang yang hidup di masa itu. Dalam perbuatan, Ia bergaul karib dengan pemungut-pemungut cukai yang tidak disenangi masyarakat, menyembuhkan orang-orang sakit, dan memberikan harapan pengampunan bagi orang berdosa. Kepada yang tidak dikasihi, Ia memberikan kasih. Kepada yang tidak benar, Ia memberikan kebenaran, dan kepada dunia yang gelap, Ia menjadi terang kehidupan mereka. 

Menjadi umat Tuhan bukan berarti kita menjadi orang yang kurang pergaulan, tetapi lebih kepada menjadi orang yang mempunyai integritas untuk menyatakan ya di atas ya dan tidak di atas tidak. Menjadi orang yang berani untuk menolak ajakan maupun kebiasaan yang tidak berkenan di hadapan Tuhan dan siap menerima segala resiko dengan menolak ajakan tersebut.

____________

✨Blog : https://renungankristentlitera.blogspot.com/

✨ Instagram: https://instagram.com/kristianiteklingitera?igshid=x2u4zsfhe4yp

✨▶️ : Kristiani Teknik Lingkungan ITERA

✨: kristianitlitera7@gmail.com

- Kristiani Teknik Lingkungan ITERA -

Rabu, 18 November 2020

Menanggalkan Kasut di Hadapan Allah

 



“Tempuhlah jalan yang rata dan hendaklah tetap segala jalanmu. Janganlah menyimpang ke kanan atau ke kiri, jauhkanlah kakimu dari kejahatan” (Ams.4:26-27)


Ketika Musa dipanggil Allah dari semak yang menyala-nyala (Kel.3:4), sebelum ia diizinkan untuk datang mendekat ke hadapan Allah, perintah Allah yang pertama kepada Musa adalah melepaskan kasutnya, karena tempat Musa berdiri adalah tanah yang kudus, Musa harus berdiri di hadapan Allah dengan bertelanjang kaki.


Apakah maksud perintah ini? Hati dan fikiran kita adalah sebab utama kita ada di posisi kita sekarang. Kerana itulah, “Tempuhlah jalan yang rata dan hendaklah tetap segala jalanmu. Janganlah menyimpang ke kanan atau ke kiri, jauhkanlah kakimu dari kejahatan” (Ams.4:26-27) Bila kita menanggalkan alas kaki kita di hadapanNya, kita menanggalkan keinginan dan kehendak kita sendiri, menanggalkan perlindungan peribadi kita dan kita tidak lagi dapat berjalan meninggalkanNya. Apapun pandangan kita tentang alas kaki secara rohani, Allah meminta kita berdiri di hadapanNya tanpa mengenakannya sama sekali.


Tanggalkan kasutmu adalah panggilan untuk membersihkan diri di hadapan Allah, jika kita ingin bertemu dengan-Nya. Kita wajib menanggalkan segala hal kotor yang tidak berkenan kepada Allah: pikiran, perkataan, perbuatan yang tidak berkenan kepada-Nya, agar kita layak menjumpai-Nya.


____________

✨Blog : https://renungankristentlitera.blogspot.com/

✨ Instagram: https://instagram.com/kristianiteklingitera?igshid=x2u4zsfhe4yp

✨▶️ : Kristiani Teknik Lingkungan ITERA

✨: kristianitlitera7@gmail.com

- Kristiani Teknik Lingkungan ITERA -

Selasa, 17 November 2020

APA YANG DIKEHENDAKI TUHAN DARIMU?



"Hai manusia, telah diberitahukan kepadamu apa yang baik. Dan apakah yang dituntut Tuhan daripadamu: selain berlaku adil, mencintai kesetiaan, dan hidup dengan rendah hati di hadapan Allahmu?"

Mikha 6:8

 

Kita mungkin bertanya tanya mengapa Allah tidak lagi memimpin kita seperti dahulu.Masihkah Ia memimpin kita?Tentu saja, ya. Di masa ini, Allah secara langsung memimpin kita melalui firman-Nya yang tertera di dalam Alkitab.Pernahkan kita bertanya apa yang dikehendaki Allah dari kita? Jawaban yang diberikan atas pertanyaan ini adalah "berlaku adil, mencintai kesetiaan, dan hidup dengan rendah hati di hadapan Allahmu".

Ayat ini dapat digunakan sebagai pegangan dalam kehidupan kita sebagai pengikut Kristus, memberikan arah bagaimana menangani berbagai macam keadaan di dalam kehidupan kita sehari-hari.Ketika kita berhubungan dengan orang lain dalammasyarakat atau di gereja, apakah kita merenungkan apabila perbuatan yang kita lakukan itu adil? 

Kita menghadapi berbagai macam hal dan masalah di dalam kehidupan. Kadang-kadang kita tidak tahu bagaimana caranya menghadapi keadaan tertentu. Yang dapat kita lakukan adalah bertanya: "Apakah yang Allah ingin aku lakukan dalam keadaan seperti ini?" Haruskah kita mengikuti apa yang Allah inginkan dari kita, atau apakah kita mengikuti saja kehendak hati kita? 

Sebagai orang Kristen,kehendak Allah haruslah menjadi tujuan. Melakukan hal-hal yang diinginkan Allah dari kita akan menyenangkan-Nya, dan hati kita bersukacita dan dipenuhi dengan kedamaian. Bertindaklah dengan adil, cintailah kemurahan hati, dan berjalan dengan rendah hati bersama Tuhan kita.

____________

✨Blog : https://renungankristentlitera.blogspot.com/

✨ Instagram: https://instagram.com/kristianiteklingitera?igshid=x2u4zsfhe4yp

✨▶️ : Kristiani Teknik Lingkungan ITERA

✨: kristianitlitera7@gmail.com

- Kristiani Teknik Lingkungan ITERA -

Jumat, 13 November 2020

Meminta Dengan Iman




“Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini ke sana, maka gunung ini akan pindah dan takkan ada yang mustahil bagimu.” Matius 17:20

    Kata-kata Tuhan dalam ayat ini sebagai jawaban kepada para murid-Nya,yang tidak mampu untuk mengusir roh yang masuk kedalam diri anak itu. Tuhan Yesus juga pernah berkata didalam Matius 21:21-22, Yesus menjawab mereka: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu percaya dan tidak bimbang, kamu bukan saja akan dapat berbuat apa yang Kuperbuat dengan pohon ara itu, tetapi juga jikalau kamu berkata kepada gunung ini: Beranjaklah dan tercampaklah ke dalam laut! hal itu akan terjadi.  Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, kamu akan menerimanya.”

    Sebesar apapun persoalan yang kita hadapi, tetapi jika kita percaya penuh kepada Tuhan dan menyerahkannya kepada Tuhan, maka semuanya bisa kita selesaikan,berpindah dan lenyap karena tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya. Tuhan menghendaki setiap orang percaya memiliki iman yang teguh. Ditegaskan bahwa setidaknya kita memiliki iman sebesar biji sesawi saja.  Memang, biji sesawi itu sangat kecil, bahkan bisa dikatakan sebagai biji yang paling kecil dari segala jenis benih, tapi jika ditanam dan bila sudah tumbuh, sesawi itu akan lebih besar dari pada sayuran lain, malahan akan tumbuh menjadi pohon yang besar melebihi pohon-pohon lain sehingga burung-burung dapat berlindung atau bersarang di cabang-cabangnya. Artinya, Tuhan ingin kita mempunyai iman yang terus bertumbuh.

    Meyakini apa yang kita minta adalah suatu pengakuan pribadi bahwa Tuhan sesungguhnya ada untuk kita. Keyakinan bahwa Tuhan menjawab doa-doa berasal dari iman yang mengakui bahwa Tuhan sebagai pengatur dan pemilik hidup kita. Jangan hanya berpusat pada apa yang dapat dilihat oleh mata, marilah kita berpusat pada apa yang dapat dilakukan Tuhan. 

    Tuhan tahu dan mengerti kebutuhan kita. Setidaknya, kita harus berusaha untuk berbicara dengan-Nya. Ketika kita percaya pada permohonan doa kita, rasa damai dari-Nya akan menaungi, meyakinkan kita bahwa Ia telah mendengar permohonan kita dan jawaban-Nya akan segera datang. Pada akhirnya, apakah gunung itu berpindah tempat atau tidak bukanlah sasaran kita. Melainkan, percayalah pada Tuhan, apapun juga hasilnya, ini yang lebih penting dalam langkah iman kita.


Milikilah Iman Yang Terus Tumbuh.


____________

✨Blog : https://renungankristentlitera.blogspot.com/

✨ Instagram: https://instagram.com/kristianiteklingitera?igshid=x2u4zsfhe4yp

✨▶️ : Kristiani Teknik Lingkungan ITERA

✨📧 : kristianitlitera7@gmail.com

- Kristiani Teknik Lingkungan ITERA -

Mencari Makanan Kami Setiap Hari

 

"Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah."        (Matius 4 : 4)


    Manusia diberikan mandat oleh Tuhan Allah untuk mengurus alam dalam rangka merawat dan memenuhi kebutuhan manusi itu sendiri. Namun, sesungguhnya Tuhan Allah tidak semata-mata menyuruh manusi untuk memenuhi kebutuhannya saja. Jauh dari itu, manusia lebih fokus memenuhi kebutuhan rohaninya. Dalam perjanjian baru,  Tuhan Yesus juga berkata bahwa kita jangan menghawatirkan apapun dalam dunia ini, termasuk makanan karena burung-burung di udara saja dipelihara dan makan tanpa harus bekerja.

    Banyak orang berpikir bahwa keberhasilah duniawi termasuk kesuksesan dan kekuasaan adalah bukti bahwa seseorang telah memanfaatkan waktunya dengan begitu luar biasa. Makanan yang enak, aksessoris yang mewah serta berbagai kepemilikan yang liuar biasa. Namun, keberhasilan sesungguhnya adalah ketika kita berhasil untuk konsisten belajar firman Tuhan dan mengikuti perintahNya serta menjalin komunikasi yang baik dan intim dengan Tuhan.

    Makanan rohani menjadi bekal kita dalam bertindak dengan baik. Saat kita telah benar-benar dekat dengan Tuhan dan kebutuhan rohani kita terpenuhi, maka hidup kita akan jauh lebih dari yang kita bayangkan. Kita harus berbuah lebat agar orang-orang disekitar kita bisa ikut merasakan kelegaan yang dari pada Tuhan. Mari fokuskan diri kepada Tuhan Yesus dan lebih giat lagi untuk memenuhi kebutuhan rohani kita.


Memenuhi Kebutuhan Rohani Menjadi Jembatan Dalam Mencapai Keberhasilan Dalam Kehidupan.


____

✨Blog : https://renungankristentlitera.blogspot.com/

✨ Instagram: https://instagram.com/kristianiteklingitera?igshid=x2u4zsfhe4yp

✨▶️ : Kristiani Teknik Lingkungan ITERA

✨: kristianitlitera7@gmail.com

- Kristiani Teknik Lingkungan ITERA -

Rabu, 11 November 2020

DOA-DOA HANA


“Ia menegakkan orang yang hina dari dalam debu, dan mengangkat orang yang miskin dari lumpur,”  1 Samuel 2:8

    Siapa dari kita yang merasa bila saat kita terjatuh, kita merasa bahwa pribadi kitalah yang paling menderita? Tahukah kita kalau dalam masyarakat Yahudi, melahirkan anak laki-laki bagi suaminya adalah tugas dan kewajiban bagi seorang wanita yang sudah menikah.  Jika wanita itu mandul alias tidak bisa memberikan keturunan, maka hal ini akan menimbulkan rasa malu dan menjadi celaan bagi suaminya, keluarganya dan juga lingkungan di sekitarnya.  Jadi kemandulan dianggap sebagai sesuatu yang memalukan. 

    Situasi inilah yang pernah dialami oleh Hana, di mana tanggungjawab untuk melanjutkan garis keturunan suami ada di tangannya.  Jika tidak, ia akan menghadapi masalah yang berat. Bisa saja pada saat itu Hana diceraikan oleh suaminya atau harus menanggung malu dan mengalami penolakan dari orang-orang yang ada di sekitarnya.  Bisa dibayangkan betapa remuk redam hati Hana karena ia tidak punya anak (mandul).  Belum lagi perlakuan yang tidak baik dari Penina, ‘madunya’ yang justru memiliki anak.  Hal ini semakin menambah rasa sedih dan pahit di hati Hana.

    Secara manusiawi, Hana sudah kehilangan harapan karena Tuhan telah menutup rahimnya.  Ia pun yakin satu-satunya jalanl yang dapat menolongnya adalah Tuhan.  Karena itu segeralah ia datang kepada Tuhan.  Di bait-Nya yang kudus, dengan hati hancur, Hana mencurahkan segala beban hidupnya.  Meski dikira mabuk oleh iman Eli ia tidak peduli, karena  “Korban sembelihan kepada Allah ia jiwa yang hancur;  hati yang patah dan remuk tidak akan Kaupandang hina, ya Allah.”  (Mazmur 51:19). Saat ketika menjalankan hari-hari berdoa inilah Hana bernazar, “Tuhan semesta alam, jika sungguh-sungguh Engkau memperhatikan sengsara hamba-Mu ini dan mengingat kepadaku dan tidak melupakan hamba-Mu ini, tetapi memberikan kepada hamba-Mu ini seorang anak laki-laki, maka aku akan memberikan dia kepada Tuhan...”  (1 Samuel 1:11). Ya, pada akhirnya Tuhan pun mengabulkan doa Hana,  “...setahun kemudian mengandunglah Hana dan melahirkan seorang anak laki-laki.  Ia menamai anak itu Samuel,...” (1 Samuel 1:20).

    Dari kisah ini, dapat kita ketahui bahwa mungkin Tuhan telah menutup rahim Hana selama bertahun-tahun, tetapi Dia tidak pernah menutup telinga-Nya terhadap umat yang pagi, siang, malam atau dalam situasi sedih dan gembira selalu berseru-seru kepadaNya. 


“Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersorak-sorai.”  Mazmur 126:5


____________

✨Blog : https://renungankristentlitera.blogspot.com/

✨ Instagram: https://instagram.com/kristianiteklingitera?igshid=x2u4zsfhe4yp

✨▶️ : Kristiani Teknik Lingkungan ITERA

✨📧 : kristianitlitera7@gmail.com

- Kristiani Teknik Lingkungan ITERA -

Selasa, 10 November 2020

Hidup Dalam Iman : Doa



“Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.” Ibrani 11:1

    Dalam kehidupan kita menjalani pola kehidupan bersandar dengan apa yang kita lihat. Tetapi Alkitab memutarbalikkan hikmat yang umum dianut ini. Dengan iman pada akhirnya kita menyadari bahwa apa yang dapat kita lihat dengan mata kita sebenarnya hal-hal yang fana, sementara apa yang tidak dapat kita lihat itu kekal dan nyata.

    Doa adalah suatu penghubung yang dapat menyambungkan kita kepada Tuhan yang tidak terlihat. Hana merupakan wanita yang tidak bisa memiliki anak atau mandul. Walaupun suaminya mencintainya melebihi apapun, Hana hanya mendapatkan sedikit penghiburan. Tetapi Hana mempunyai iman dan mencurahkan hatinya di hadapan Allah di bait-Nya. Ia pulang dengan percaya bahwa kasih karunia dari Allah yang tidak terlihat akan nyata bagi hidupnya. Pada akhirnya, Allah menjawab doanya dan ia melahirkan Samuel, yang kemudian menjadi seorang hamba Allah. Iman tidak sama dengan rasa percaya diri. Keyakinan kita bukanlah pada diri kita sendiri, tetapi, dalam hati kita percaya bahwa Allah akan menjawab doa-doa kita.

    Dan semakin lama kita berdoa, kita menjadi semakin yakin karena Tuhan telah menentukan waktu segala sesuatunya. Sewaktu kita berada dalam masalah, kita harus percaya kepada Bapa kita di Surga. Walaupun kita mempunyai ayah biologis, ia tidak akan dapat selalu menolong kita, dan hanya dapat mencoba menghibur dan menenangkan kita. Walaupun kita tidak dapat melihat Yesus dengan mata kita, tetaplah percaya dengan iman yang teguh bahwa Tuhan tidak akan meninggalkan kita.

Doa Mengubah Segala Sesuatu Menjadi Indah Pada Waktu-Nya

____________

✨Blog : https://renungankristentlitera.blogspot.com/

✨ Instagram: https://instagram.com/kristianiteklingitera?igshid=x2u4zsfhe4yp

✨▶️ : Kristiani Teknik Lingkungan ITERA

✨📧 : kristianitlitera7@gmail.com

- Kristiani Teknik Lingkungan ITERA -

Senin, 09 November 2020

Ketika Tuhan Diam Saja


Yesaya 58:9 (TB)  Pada waktu itulah engkau akan memanggil dan TUHAN akan menjawab, engkau akan berteriak minta tolong dan Ia akan berkata: Ini Aku! Apabila engkau tidak lagi mengenakan kuk kepada sesamamu dan tidak lagi menunjuk-nunjuk orang dengan jari dan memfitnah.

    Sudah sering berdoa,  tapi merasa seperti Tuhan tidak mendengar doa kita. Berharap Tuhan langsung kabulin permintaan dan kemauan kita sesuai dengan apa yang kita inginkan. Setelah itu kecewa jadinya sama Tuhan karena ternyata yang didoakan malahan beda dengan yang terjadi.  Pernah kah kita seperti itu?  Dominannya pernah pasti, sifat seperti manusiawi,  namun jangan sering yaaa. Sifat yang tidak baik jangan dipelihara, harus dicabut supaya tidak bertumbuh kembang ke hal-hal lebih buruk lainnya.

    Coba kita tanyakan pada diri kita: Apakah kita melakukan bagian  kita ketika kita berdoa? Apakah kita bahkan berpikir untuk merubah cara-cara kita bertindak dan berbicara? Apakah kita sungguh-sungguh berkomitmen melakukan setidaknya separuh dari apa yang kita doakan? Apakah kita sungguh-sungguh kembali kepada Allah? Mungkin bila kita menghadapi doa-doa seakan-akan Allah sedang berlibur, kita perlu bertanya kepada diri sendiri, "Apakah yang kulakukan ketika aku berdoa? Apakah aku mencoba menjadi lebih baik? Apakah aku masih hidup dalam gaya hidupku yang lama?

    Terkadang jawaban Tuhan terhadap doa kita adalah  'tunggu'.  Banyak orang berpendapat bahwa menunggu adalah pekerjaan yang sangat membosankan sehingga kita tidak sabar menanti-nantikan Tuhan.  Ketidaksabaran menunggu jawaban dari Tuhan inilah yang seringkali menjadi penyebab kegagalan kita mengalami penggenapan janji Tuhan. Bukan Tuhan sengaja mengulur-ulur waktu, tetapi Ia tahu waktu yang tepat dan terbaik bagi kita.  Waktu Tuhan itu tidak pernah terlambat atau terlalu cepat.

Pengkhotbah 3:11a (TB)  Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka.


____________

✨Blog : https://renungankristentlitera.blogspot.com/

✨ Instagram: https://instagram.com/kristianiteklingitera?igshid=x2u4zsfhe4yp

✨▶️ : Kristiani Teknik Lingkungan ITERA

✨📧 : kristianitlitera7@gmail.com

- Kristiani Teknik Lingkungan ITERA -

Minggu, 08 November 2020

 


Ia Hendak Melewati Mereka

Markus 6:48 

“Ketika Ia melihat betapa payahnya mereka mendayung karena angin sakal, maka kira-kira jam tiga malam Ia datang kepada mereka berjalan di atas air dan Ia hendak melewati mereka.”

  Ketakutan yang sering kita alami merupakan perasaan spontan manusia ketika mengalami atau menghadapi suatu bahaya. Kondisi ini tentu pernah dialami oleh setiap orang. Perasaan takut menggambarkan bahwa manusia tidak percaya akan kemampuannya untuk mengatasi setiap permasalahan hidup. Manusia merasa rapuh dan tak lagi memiliki pengharapan.

  Injil ini mengisahkan tentang murid-murid yang merasa ketakutan. Saat hari mulai malam, perahu yang dinaiki oleh para murid sudah berada di tengah danau. Pada saat itu, Yesus sedang berada di darat. Para murid berangkat lebih dahulu sementara Yesus pergi ke bukit untuk berdoa. Yesus melihat betapa payahnya para murid mendayung karena angin sakal, maka kira-kira jam tiga malam Ia datang kepada mereka berjalan di atas air dan Ia hendak melewati mereka. Para murid yang melihat peristiwa ini langsung berteriak-teriak karena takut dan terkejut. Mereka mengira bahwa Yesus adalah hantu. Tetapi segera Ia berkata kepada mereka: “Tenanglah! Aku ini, jangan takut!”. Sesudah itu Yesus pun naik bersama-sama dengan mereka dan angin pun redah.

  Hal seperti ini seringkali kita lakukan dalam kehidupan kita sehari-hari. Kita kerap kali tidak percaya akan kehadiran Tuhan Yesus. Ketika kita mengalami kebahagiaan dan kesenangan, kemungkinan besar kita lupa akan Tuhan Yesus. Kita lupa mengucap syukur kepada-Nya. Dan bila kita mengalami masalah dan cobaan hidup, barulah kita mencari Tuhan Yesus. Kita mempersalahkan Tuhan Yesus dan dengan gampang mengatakan bahwa Tuhan Yesus telah meninggalkan kita.  Tetapi sadarkah kita bahwa Dia selalu hadir dalam kehidupan kita?

Sabtu, 07 November 2020

Tangan yang Berdoa


 

Tangan yang Berdoa

Keluaran 17:11 

“Dan terjadilah, apabila Musa mengangkat tangannya, lebih kuatlah Israel, tetapi apabila ia menurunkan tangannya, lebih kuatlah Amalek.”

 

  Doa adalah senjata kita dalam menjalani kehidupan yang keras dan penuh perjuangan di dunia. Saat keadaan yang kita hadapi berada di luar kemampuan dan saat kenyataan di depan kita sangat mengecewakan, berserulah kepada Tuhan di dalam doa. Kuasa doa dapat mengubah segala sesuatu dan mujizat pasti terjadi jika kita selalu bersandar pada-Nya. Kalau doa kita belum dijawab, bukan berarti Tuhan tidak mendengar atau tidak peduli. Tetap percaya kepada Tuhan karena Dia yang paling tahu apa yang terbaik buat kita.

  Terlebih ketika kita terbeban saat melihat tantangan yang dihadapi oleh orang-orang yang kita kasihi dan mengkhawatirkan situasi mereka yang sepertinya tidak akan berubah, bisa saja kita berpikir bahwa Tuhan tidak akan bertindak. Namun, janganlah kita menganggap rendah kuasa doa, karena Allah kita yang Maha Pengasih mendengar setiap permohonan kita. Kita tidak tahu bagaimana Allah akan bertindak dalam menanggapi permohonan kita. Namun, kita tahu bahwa sebagai Bapa kita, Allah rindu kita mengalami kasih-Nya dan mempercayai kesetiaan-Nya.

  Doa orang yang benar bila dengan yakin didoakan akan sangat besar kuasanya. Jangan pernah berhenti berdoa karena doa dapat mengubah segala sesuatu. Keajaiban terjadi setiap hari dan perubahan terjadi setiap saat, karena itu jangan lelah untuk berdoa. Doa yang sungguh-sungguh dinaikkan mampu membalikkan keadaan, kuasa Tuhan akan turun untuk mengubah segala sesuatu. Marilah kita terus berdoa, bertekun, dan percaya.

Jumat, 06 November 2020

 


Iman dan Doa

Markus 11:24

“Karena itu aku berkata kepadamu: apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu.”

  Doa menjadi hal yang sangat penting dalam kehidupan kristiani. Melalui doa, kita dapat semakin dekat dengan Tuhan. Doa menjadi alat komunikasi yang kita gunakan untuk berbicara dengan Tuhan. Biasanya dalam doa kita selalu memaparkan semua yang kita butuhkan. Tanpa sadar kita mungkin hanya berfokus pada apa yang kita perlukan saja. Tanpa kita sadari dalam doa seringkali kita tidak menanyakan apa yang Tuhan inginkan dalam kehidupan kita ini.

  Disamping itu, kadang kala kita menuntut ketika doa kita tidak dikabulkan. Namun, telah jelas dikatakan dalam matius 11:24 ini bahwa kita harus percaya terlebih dahulu bahwasannya kita telah menerima apa yang kita doakan. Berdoa yang secara tidak langsung kita maknai sebagai rutinitas sering kali membuat kita fokus pada terkabulnya doa kita. Berdoa bukan sekedar perkara meminta dan dikabulkan. Tetapi jauh lebih penting adalah bagaimana iman kita bertumbuh berbarengan dengan semua doa kita.   

  Kita harus percaya bahwa doa yang kita panjatkan telah kita terima. Mungkin kedengaran sulit mempercayai sesuatu yang belum kita lihat secara kasat mata. Tetapi disitulah iman kita bertumbuh, berakar, dan berbuah. Marilah kita belajar dan semakin bertumbuh dalam iman. Semoga Tuhan memberikan kekuatan.

____

✨Blog : https://renungankristentlitera.blogspot.com/

✨ Instagram: https://instagram.com/kristianiteklingitera?igshid=x2u4zsfhe4yp

✨▶️ : Kristiani Teknik Lingkungan ITERA

✨: kristianitlitera7@gmail.com

- Kristiani Teknik Lingkungan ITERA

Kamis, 05 November 2020


Digotong Empat Orang

Markus 2:3

“Ada orang-orang datang membawa kepadaNya seorang lumpuh, digotong oleh empat orang.”

  "No man is an island" adalah sebuah peribahasa yang sudah sering kita dengar. Kalimat ini menggambarkan bahwa tidak ada orang yang sanggup untuk hidup sendirian. Manusia adalah seorang mahluk sosial yang butuh berinteraksi dengan sesama. Ada kisah menarik dari Alkitab yang bisa kita baca. Pada suatu hari, Yesus kembali ke Kapernaum, dan orang ramai berkerumun mendatangi Dia untuk mendengar firman Tuhan. Tempat itu penuh dan sesak hingga tidak ada tempat kosong lagi. Mendadak atap terbuka, dan turunlah seorang lumpuh terbaring di atas tilam yang digotong oleh empat orang. Dan Yesus pun menyembuhkan orang itu. 

  Kisah ini sangat mengharukan melihat bagaimana keempat orang ini berusaha untuk menggotong si orang lumpuh kepada Yesus. Namun, apakah keempat orang ini adalah teman dari si orang lumpuh? Alkitab tidak mengatakan demikian. Yang kita tahu, keempat orang ini mungkin hanya kenalan atau bahkan orang asing, yang juga bersama-sama ingin melihat Yesus, kemudian melihat si orang lumpuh dan dengan kemurahan hati mereka memutuskan untuk membantunya.

  Tidak ada gunanya hidup sombong. Kita harus selalu membina hubungan baik dengan sesama kita. Ada saat dimana kita menolong, ada pula saat kita butuh pertolongan orang lain. Kita tidak akan bisa hidup sendirian. Tuhan Yesus pun mengerti mengenai hal ini. Dia punya dua belas rasul, dan mengutus mereka berdua-dua untuk mewartakan kabar gembira. seperti yang tertulis pada Markus 6:7. Untuk mencapai suatu keberhasilan, kita butuh kerjasama yang baik dengan orang lain. Tidak ada orang yang bisa selalu kuat dan sanggup mengerjakan segala sesuatunya sendirian.

____

✨Blog : https://renungankristentlitera.blogspot.com/

✨ Instagram: https://instagram.com/kristianiteklingitera?igshid=x2u4zsfhe4yp

✨▶️ : Kristiani Teknik Lingkungan ITERA

✨: kristianitlitera7@gmail.com

- Kristiani Teknik Lingkungan ITERA -

Rabu, 04 November 2020

Bagaimana Kamu Menghadap Allah





Bagaimana Kamu Menghadap Allah

                                  1 Timotius 2 : 8

”Oleh karena itu aku ingin, supaya di mana-mana orang laki-laki berdoa dengan menadahkan tangan yang suci, tanpa marah dan tanpa perselisihan.”

  Bangsa Israel di zaman Perjanjian Lama, tidak dapat sembarangan masuk ke tempat kudus. Hanya para imam yang boleh masuk ke tempat kudus. Bahkan hanya Imam Besar yang boleh masuk ke tempat maha kudus di kemah pertemuan maupun di Bait Allah. Ada persyaratan-persyaratan tertentu bagi imam itu yaitu mereka harus menguduskan diri sebelum mereka boleh masuk ke sana dan tidak sembarang orang yang boleh menghadap Tuhan di tempat kudusNya. Namun, saat ini tidak berlaku ketentuan seperti itu.

  Ada beberapa sikap yang harus dimiliki dalam beribadah kepada Allah. Pertama, berdoa dengan ketulusan tidak dengan kebencian. Hampirilah Allah dengan ketulusan, bukan dengan kepura-puraan apalagi kebencian terhadap orang lain. Kedua, berpenampilan sopan dan sederhana. Paulus menekankan agar para wanita menjaga kesopanan dan kesederhanaan penampilan mereka agar penampilan mereka dapat menjadi teladan dan kesaksian yang baik bagi orang-orang di sekitar mereka yang belum percaya. Ketiga, berdiam diri dan patuh dalam menerima ajaran.

  Tuhan mengingatkan bahwa ibadah harus dilakukan dengan ketulusan, tanpa keinginan jahat; berpenampilan yang sopan, tetapi sederhana. Orang-orang yang terlibat dalam pelaksanaan ibadah harus memiliki pemahaman yang benar dan menghormati ordinasi yang telah Tuhan tetapkan sejak awalnya. Lakukanlah ibadah seturut kehendak Tuhan, bukan kehendak atau motivasi pribadi.

____

✨Blog : https://renungankristentlitera.blogspot.com/

✨ Instagram: https://instagram.com/kristianiteklingitera?igshid=x2u4zsfhe4yp

✨▶️ : Kristiani Teknik Lingkungan ITERA

✨: kristianitlitera7@gmail.com

- Kristiani Teknik Lingkungan ITERA - 

Selasa, 03 November 2020

"Ya Abba, Ya Bapa"


Ya Abba ,Ya Bapa

Roma 8:15


“Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu

telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru: ‘ya Abba, ya

Bapa!”


Kita pasti pernah mengalami permasalahan yang kita rasa itu sangat sulit .Segalanya menjadi sangat

runyam dan kita tidak tahu lagi apa yang harus dilakukan. Karena keputusasaan bisa jadi kita hanya

bisa terdiam bahkan menangis di kamar.Di tengah keadaan yang berat itu kita berdoa dan meminta

kepada Tuhan dalam roh. Kita beritahukan segala hal yang kita ingin katakan. Semuanya terasa begitu

berat. Kita merasa bahwa kita tidak mempunyai kekuatan dan hanya ketakutan yang menemani di

tengah keadaan yang mencekam itu.


Sewaktu berdoa, tiba tiba ada sesuatu yang memberi ketenangan.Itu adalah sosok Roh Kudus yang

menghibur. Semakin lama kita berdoa, kita semakin dihiburkan. Rasa takut dalam diri mulai hilang

dan digantikan oleh rasa pengharapan. Pikiran kita dimundurkan dan kita mulai mengingat apa yang

telah Tuhan lakukan di masa lampau.Tuhan adalah Bapa dan Ia akan memelihara kita senantiasa.

Kekuatiran menjadi redup seketika itu dan kita merasakan kasih Tuhan mengalir.

Sesungguhnya ketika kita berdoa di dalam roh, kita yakin bahwa kita adalah anak Allah. Kita

bukanlah anak yatim piatu. Kita tidak sendirian karena Tuhan beserta dengan kita. Kita tidak takut

karena Tuhan sendiri yang menolong kita. Jangan lupa bahwa kita masih bisa berdoa. Karena roh

yang kita terima bukanlah roh perbudakan yang membuat kita menjadi takut, tetapi kita telah

menerima Roh yang menjadikan kita anak Allah dengan-Nya kita berseru: “ya Abba, ya Bapa!”

Senin, 02 November 2020

Sepuluh Yang Sempurna


 

Lukas 17:17-18

 

Lukas 17:17-18 (TB)  Lalu Yesus berkata: "Bukankah kesepuluh orang tadi semuanya telah menjadi tahir? Di manakah yang sembilan orang itu? Tidak adakah di antara mereka yang kembali untuk memuliakan Allah selain dari pada orang asing ini?"

Dalam keseharian kita apakah kita pernah membandingkan berkat dan anugerah Tuhan dalam hidup kita dengan hidup orang lain? Melihat mereka lebih pandai, lebih kaya atau lebih banyak teman padahal dia adalah seorang yang jahat atau sering melukai perasaan orang lain? Merasa Tuhan tidak adil dalam hidup kita padahal kita selalu berdoa sama Tuhan, sering pelayanan dan lain sebagainya. Mengapa Tuhan mengasihi dan  memberkati mereka-mereka yang  tidak mengasihi-Nya? Suatu hari nanti kita akan mengerti betapa dalam kasih-Nya, tetapi untuk saat ini, kejanggalan ini membingungkan kita. Saat ini, Tuhan menginginkan kita untuk mengasihi sama seperti Ia juga mengasihi. Nah, sikap ini adalah sikap yang seharusnya mulai perlahan dihilangkan karena anugerah Tuhan bukan hanya soal materi yang nampak namun berkat Tuhan dapat dilihat dari berbagai hal lainnya

Dengarkanlah  Tuhan Yesus kita sewaktu Ia berkata, Matius 5:44 (TB)  Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar”. Tugas kita sebagai anak Tuhan yang baik adalah selalu mengucap syukur atas apa yang telah terjadi dalam hidup kita, tidak membandingkan berkat yang Tuhan berikan dalam hidup kita. Selalu dengar-dengaran akan firman Tuhan yang hidup agar dapat menjadikan hidup kita menjadi alat kemuliaan bagi nama-Nya. Semua akan indah pada waktu-Nya. Tuhan Yesus memberkati

Minggu, 01 November 2020

Jangan Berteduh di Bawah Naungan Mesir


 


“Celakalah anak-anak pemberontak, demikianlah firman TUHAN, yang melaksanakan suatu rancangan yang bukan dari pada-Ku, yang memasuki suatu persekutuan, yang bukan oleh dorongan Roh-Ku, sehingga dosa mereka bertambah-tambah, yang berangkat ke Mesir dengan tidak meminta keputusan-Ku, untuk berlindung pada Firaun dan untuk berteduh di bawah naungan Mesir.” (Yesaya 30:1-2)

    Hizkia, Raja Yehuda mengirim utusan-utusannya ke Mesir dengan maksud untuk membentuk sebuah persekutuan untuk mengalahkan Negeri Asyur. Walaupun Hizkia takut akan Allah dan telah melihat sendiri kasih karunia Allah, ia mengabaikan tuntunan Tuhan dan terlebih dulu meminta pertolongan Firaun ketika ia melihat kekuatan Asyur. Tindakan yang dilakukan Raja Hizkia memperlihatkan sebuah kecenderungan manusia untuk menyandarkan diri pada hal-hal kasat mata di dunia ini ketimbang Allah. Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, dengan mudah kita mulai “berteduh di bawah naungan Mesir”. 

    Terkadang, kita bergantung pada keinginan dan kehendak kita sendiri dan berjalan dengan mata, tidak dengan iman. Contohnya, ketika kita jatuh sakit, kita seringkali memilih untuk menaruh harapan kita pada obat-obatan modern, mencari dokter-dokter terbaik, namun menaruh iman dan pengharapan kita pada Tuhan di urutan kesekian. Atau seringkali saat kita mengalami kesusahan kita baru akan mengenal Tuhan dan ketika kita sedang bahagia, sekalipun kita tak mengingat Tuhan.

    Sekarang ini, kita perlu belajar untuk beriman, bahwa satu Tuhan yang sejati akan melakukan hal yang terbaik bagi kita. Kita harus ingat bahwa hal-hal kasat mata di dunia ini, kesenangan duniawi ini hanyalah sementara saja. 


Hanya Allah saja yang kekal, maha tahu, maha kuasa, dan maha ada.

Sepatutnya kita tidak mengabaikan tuntunan Allah dan melakukan segala hal sekehendak kita sendiri, seperti yang dilakukan Raja Hizkia. Mari kita belajar dari petunjuk yang ditulis dalam Amsal 3:5-8 “Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu. Janganlah engkau menganggap dirimu sendiri bijak, takutlah akan TUHAN dan jauhilah kejahatan; itulah yang akan menyembuhkan tubuhmu dan menyegarkan tulang-tulangmu.”


- Kristiani Teknik Lingkungan ITERA -

BERKAT APA SAJAKA YANG KITA TERIMA SEBAGAI ANAK ALLAH?

 [KRISTIANI TEKNIK LINGKUANGAN ITERA] [SABTU, 20 MEI 2023] BERKAT APA SAJAKA YANG KITA TERIMA SEBAGAI ANAK ALLAH?